Perempuan Suci Dambaan Dunia dan Surga
Sumber gambar: http://www.joystudiodesign.com/font/font-bunga-images.html |
Mungkin
sekilas judul di atas terlalu melampau. Namun, jika ia ditujukan untuk
perempuan yang akan menemani perjalanan kita kali ini, saya kira ia sangat tak
berlebihan. Kita akan menelusuri kembali
segala memori tentang perempuan dambaan dunia dan surga ini. Sudah pas rasanya
kalau saya menyebutnya demikian. Karena, tentu saja kita sama-sama mafhum
segala kelebihannya sebagai perempuan. Ia istimewa di mata penduduk bumi sekaligus
penduduk langit. Ia perempuan yang kaya, terhormat, dan rupa menawan.
Baiklah
mari kita cari tahu siapa perempuan yang saya maksudkan di atas. Ada banyak
sahabiyah yang menjadi inspirasi saya, namun di antara yang paling membekas ada
sosok Khadijah di urutan pertama. Ya, serba pertama dalam hal kebaikan. Istri
pertama Rasulullah, sekaligus perempuan pertama yang mengikrarkan kalimat agung
sepanjang zaman. Kalimat yang ditakuti oleh kafir Quraisy kala itu, namun
dicintai oleh Allah ﷻ.
Kenangan
penuh hikmah tentang sosoknya menari-nari di ingatan, lalu berhenti pada
serpihan kecilnya yang berpendar indah. Layaknya mutiara yang berkilauan. Kenangan
itu tepat saat beliau menghembuskan napas terakhir. Kesedihan yang teramat
dalam menyelimuti suami tercintanya, Rasulullah ﷺ. Istri yang selalu menjadi
yang pertama mendukung beliau, baik dari segi moril maupun materil. Ketika
Rasulullah dicemooh, difitnah, hingga dihinakan oleh kafir Quraisy, ada beliau
yang menenangkan. Menyejukkan segala yang ada pada dirinya ketika dipandang, sebab
terpancar dari akhlaknya. Pikirannya yang cerdas melahirkan banyak ide yang
cemerlang untuk kemajuan dakwah. Menyoal harta, tak perlu diragukan seberapa
besarnya yang ia keluarkan di jalan Allah ﷻ.
Belum
juga reda kesedihan rasulullah atas kematian pamannya, Abu Thalib. Tidak
berselang lama Istrinya pun harus terhenti tarikan napasnya. Dua orang yang
selalu ada mendukung langkah Rasulullah ﷺ, di tahun yang sama beliau kehilangan
keduanya. Malam masih sangat pekat, penerangan padam, bintang-bintang pun
tertutup awan, hanya bulan yang malu-malu menampakkan wajahnya. Mungkin
begitulah perumpamaan kesedihan yang dirasakan Rasulullah, bertubi-tubi
menghampirinya. Karena dukanya yang terapat pedih itu, hingga orang-orang
menyebutnya tahun kesedihan. Bukan hanya Rasulullah ﷺ yang dirundung duka, tapi
semua umat Rasulullah ﷺ, tentu saja termasuk yang mengetik dan membaca kisah
ini.
Khadijah
r.a, Istri yang selalu di sebut-sebut kelebihannya meski telah lama tiada. Segala
keteladanan sebagai muslimah ada padanya. Tidak hanya sebagai perempuan, istri dan ibu, tapi juga sebagai penggerak
kemajuan dakwah Islam. Mengenang segala keteladanannya untuk dicontoh rasanya
tidak akan cukup hanya dengan ratusan kata ini. Sebab, hidupnya telah dipenuhi
segala hal yang patut diteladani. Saya terhenti mengenang kematiannya, sebab
tersentak malu pada sosok Khadijah r.a. Pelan-pelan bertanya pada diri,
benarkah saya mengidolakan beliau. Lantas segala kebaikannya belum juga
memenuhi hari-hari ini. Jangan-jangan ketika meninggal nanti saya hanya
menyisakan luka di hati banyak orang tersebab keburukan akhlak saya selama ini. Mungkin dari lisan yang sulit ditarik lagi
panah beracunnya setelah lepas dari busur. Atau mungkin saja sikap ini pernah
membuat orang-orang di sekeliling enggan berlama bersama dengan kita. Pun
apakah bekal saya telah cukup untuk sampai ke kampung halaman. Rasanya masih
belum ada apa-apanya. Adapun beliau, tutur lisan dan sikapnya sungguh membuat
iri para bidadari.
Seperti
yang sebutkan di atas, lembaran ini tidak cukup untuk menuliskan segala
keteladanan tentang sosok Khadijah r.a. Karena itu, semoga di lain waktu kita
bisa berbincang lebih lama lagi, entah secara langsung atau melalui lembaran
yang lebih tebal dari ini, bernama buku.
Maros, 4 September 2019
Marwah Thalib